Beberapa hari yang lalu adalah hari penerimaan rapor bagi kebayanyakan sekolah pada berbagai tingkatan SD, SMP, maupun SMA. Dalam rapor kebanyakan siswa-siswa saya tidak ada peringkat/ rangking. Sebenarnya saya tidak terlalu kaget karena sudah sejak beberapa tahun belakangan ini memang sudah demikian. Beberapa siswa yang termasuk berprestasi menyatakan kekecewaannya karena mereka tidak dapat mengetahui sejauh mana prestasi yang telah mereka capai. Begitu pun saya, yang cukup kecewa karena tidak dapat mengetahui perkembangan prestasi adik saya yang telah saya didik dengan baik semampu saya.
Mengapa sekarang pada kebanyakan rapor anak-anak sekolahan, peringkat atau rangking sudah tidak tercantum lagi?
Secara garis besar saya sangat tidak setuju dengan hal ini. Bagaimana pun juga, seorang pelajar yang telah belajar dengan keras selama satu semester bahkan extra belajar keras selama masa-masa ujian, perlu diberi semacam reward. Nah, reward yang diharapkan tentunya adalah berupa nilai-nilai yang bagus dan rangking. Apa fungsi rangking? Tentu untuk mengukur sejauh mana peningkatan yang diraih oleh pelajar tersebut atau konsistensi bagi yang memang telah berprestasi. Ada guru yang berpendapat, “Rangking sudah tidak ditulis lagi supaya siswa yang tidak berprestasi tidak merasa malu. Untuk mengukur prestasi, kan sudah ada nilai yang tercantum di rapor.” Ada benarnya juga sih, supaya siswa yang tidak berprestasi tidak menjadi frustasi. Hehe… . Tapi, menurut pandangan saya dalam belajar tidak ada kata malu. Malu karena tidak mendapat rangking atau karena rangking menurun adalah sebuah motivasi untuk belajar lebih giat.
Menurut pendapat saya tidak adanya sistem peringkat akan membuat pelajar menjadi semakin santai alias malas. Mengapa? Coba bayangkan siswa yang termasuk pandai di kelas, tapi tidak mendapatkan penghargaan berupa peringkat; ia mungkin berpikiran, pandai atau tidak pandai di kelas tidak ada bedanya, sama saja. Dan siswa yang termasuk paling kurang pandai/ malas di kelas juga akan berpikiran, “saya tidak perlu belajar keras, kan nanti di rapor tidak akan ketahuan bahwa saya yang paling bodoh.”
Tidak semua sekolah kok, masih ada beberapa sekolah yang tetap mencantumkan rangking di rapor. Bandingkan dengan siswa yang mengetahui peringkatnya di kelas. Siswa yang mendapat rangking/ peringkat bagus mungkin akan berkata dalam hati, “saya akan terus belajar dan mempertahankan apa yang telah saya capai saat ini.” Dan siswa yang tidak mendapatkan peringkat/rangking yang bagus mungkin juga akan berkata dalam hati, “saya akan belajar lebih giat supaya peringkat saya bisa meningkat.”
Menurut saya, rangking itu penting. Bagaimana menurut anda?
No comments:
Post a Comment