Action
Wisdom dari Andrie Wongso dikutip dari Harian Fajar Jum’at, 25 Januari 2013.
Cita-Cita yang Tertunda
Alkisah,
ada seorang pemuda yang hidup di keluarga sederhana tetapimemiliki cita-cita
yang tinggi. Ketika dia masih belia, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Suatu
saat nanti, aku akan melakukan apa yang menjadi cita-cita dalam hidupku dan
pada saat itu aku akan bahagia.”
Dia
sangat senang membayangkan dirinya memiliki sebuah mobil mewah, mengendarai dan
merasakan kebanggaan yang tidak terhingga karena kelak ia akan dikagumi dan
dibanggakan oleh orang tua, keluarganya, dan banyak orang lainnya. Maka,
walaupun kemiskinan tetap dilalui dalam kesehariannya, sikapnya angkuh dan
sombong karena dia merasa kelak akan kaya raya seperti yang diinginkannya.
Ketika ditanyai
oleh teman-temannya, ia menjawab, “Tunggu saja kawan, nanti akan kulakukan
setelah menyelesaikan sekolahku!” setelah berhasil menyelesaikan pendidikannya
hingga perguruan tinggi, ia kembali berjanji kepada dirinya sendiri dan kepada
kedua orang tuanya bahwa ia akan melakukan apa yang diinginkannya nanti setelah
ia menemukan pekerjaan pertamanya.
Kemudian,
sebelum melangkah ke dunia kerja, ia meminta nasihat kepada seorang guru besar
tentang banyak hal yang dicita-citakannya. Sang guru berkata, “Semua yang kamu
inginkan, mobil dan rumah baguslengkap dengan fasilitasnya, adalah bagus. Sesungguhnya,
mobil dan rumah mewah itu diciptakan untuk kita yang mau dan mampu memilikinya.
Dia tidak kemana-mana, kamulah yang harus bergerak menghampiri dan
mendapatkannya.”
Dengan hati
puas karena anggapan bahwa mobil dan rumah tidak akan kemana-mana, si pemuda
mulai bekerja. Setelah beberapa tahun bekerja, orang tuanya menanyakan, “Anakku,
kapan kamu akan mengambil tindakan untuk mengejar cita-citamu?”
Jawabnya,
“Aku berjanji akan mengejar cita-citaku setelah meniahi gadis yang kucintai
karena dengan si dia sebagai pendamping hidupku, maka langkahku akan semakin
mantap untuk mengejar cita-citaku.”
Sampai
suatu hari setelah bertahun-tahun kemudian, ia berkata, “Sudah terlambat untuk
memulainya sekarang.” Dan cita-citanya pun hanya angan-angan dan bualannya
belaka. Ia sudah cukup menikmati setiap hari dalam kehidupannya untuk
mengkhayal, “Seandainya aku menjadi seperti apa yang aku cita-citakan….”
Pembaca
yang luar biasa, kebiasaan menunda dari waktu ke waktu dapat membuat seseorang
yang pada awalnya bersemangat bermimpi, akan kehilangan gairah, arah, tujuan,
dan berlari menjauh dari apa yang menjadi impiannya.
Cita-cita
selamanya akan menjadi khayalan belaka tanpa dimulai dengan rencana. Rencana tanpa
dimulai dengan tindakan nyata selamaya hanyalah bualan. Mari selagi ada waktu,
mari gunakan sebaik-baiknya untuk menyusun rencana kehidupan ini. Berjuang meraih kesempatan dan menikmati
kesuksesan yang anda dapatkan.
Mungkin diantara kita semua ada yang serupa
dengan pemuda tadi. Dan saya akui saya merupakan salah satu dari orang yang
sering menunda untuk mengambil tindakan, memulai sesuatu yang sangat saya
cita-citakan. Namun, saya bukanlah batu yang sulit untuk berubah. Setidaknya
saya tersadar bahwa kebiasaan buruk itu harus dihilangkan. Dan mulai detik ini
saya akan melangkah meraih impian saya. Terima kasih atas tulisan di atas, Pak
Andrie.
No comments:
Post a Comment