Beberapa minggu yang lalu
anak saya, Jagdish, yang berumur 7 bulan kena serampa. Awalnya Jagdish bangun
di pagi hari, suhu tubuhnya sangat panas terutama di bagian kepala. Sebagai ibu
yang masih baru dan awam masalah sakit pada bayi, saya pikir demamnya akan reda
sendiri nantinya. Jadi pagi itu saya tetap melanjutkan aktifitas mengajar di
sekolah dan lanjut ke kantor Kemenag mengurus LPJ Bos. Sebelum berangkat, saya
disuruh mama(neneknya Jagdish) tuk beli Bye-bye Fever, jadi sebelum pulang ke
rumah saya singgah di apotek dulu. Sempat juga sih tanya-tanya obat penurun panas, mereka
menyarankan obat penurun panas yang katanya bagus cepat menurunkan panas tapi
harganya mahal (menurutku). Hufthhh...maklum lagi bokek-bokeknya. Setelah
dipikir-pikir gak usah dulu deh. Biasanya kalau Jagdish panas bentar juga
sembuh. Sore hari saya pulang ke rumah mama langsung marah-marah karena anak
saya demam tinggi dan saya tidak membelikannya obat penurun panas.
Waduh…ternyata demamnya Jagdish makin tinggi. Saya mulai agak khawatir,
akhirnya saya minta daddynya kembali ke apotek tadi untuk beli obat yang tadi
yang sempat mereka sarankan (Panadol & Supramax) Gak apa-apa harganya mahal
yang penting anakku cepat sembuh.
Setelah Jagdish minum obatnya
2 kali, panasnya sempat turun, tapi keesokan hari panasnya makin tinggi. Saya
makin khawatir, takut kalau-kalau ternyata kena demam berdarah. Jangan sampai
terlambat diobati, jadi saya bawa ke puskesmas kecamatan. Sampai di puskesmas
mesti antri lama sekali sampai giliran kami, dari jam 9 sampe jam 11.30. saya perlihatkan obat yang kemarin saya beli
ke dokternya. Dokternya bilang obatnya lanjut diminum saja, dosisnya ditambah
dari 0,6 ml jadi 0,8 ml trus diminum setiap 4 jam kalau perlu. Trus dikasih
obat pereda muntah karena tadi pagi setelah minum obat Jagdish sempat muntah
banyak.
Dua hari minum obat Panadol
& supramax, tapi belum ada perubahan. Panasnya masih tinggi. Jadi mama ke
apotek lagi membeli obat penurun panas Sanmol seperti yang pernah diresepkan
dokter sewaktu Jagdish sakit batuk & demam sebelumnya. Setelah minum
beberapa kali panasnya belum turun-turun juga. Nafsu makannya pun berkurang.
Hari ke empat Jagdish panas,
saya memutuskan tuk membawanya kembali ke puskesmas. Dokternya bilang kalo
panasnya belum turun dalam 2 hari, sebaiknya dibawa kembali tuk tes darah di
lab. Ditambah lagi bagian muka dan badannya (perut & punggung) mulai muncul
bintik-bintik merah. Saya makin panik. Haduh…ya Allah mudah-mudahan bukan DBD.
Suami sempat telepon mertua dan ipar saya, kata mereka Jagdish kena ‘puru’ atau
serampa. Mereka bilang sebaiknya tidak perlu dibawa ke puskesmas. Tapi saya
tetap pada pendirian saya, harus diperiksa dokter dulu baru saya bisa lebih
yakin. Hal ini membuat saya dan suami sempat bertengkar dalam perjalanan. Saya
maunya ke puskesmas dulu, suami bilang sekali-kali dengar kata suami, gak usah
dibawa ke puskesmas.
Pas dokternya bilang
gejalanya bukan DBD tapi hanya serampa, bintik-bintiknya tidak sama dengan DBD,
saya mulai sedikit lega. Dokter hanya meresepkan obat diare untuk Jagdish
soalnya sudah dua hari pupnya lancar sekali bahkan sampe 6 kali sehari.
Akhirnya kami hanya memberi
Jagdish minum air kasumba turate yang dibeli di pasar tradisional. Keesokan harinya bintik-bintik di wajahnya
makin banyak penuh dan merah. Orang tua bilang, itu lebih baik karena sakitnya
keluar gak ke dalam. Ada juga sih yang menyarankan tuk minum air kelapa. Tapi
kami tidak sempat membeli kelapa mudanya. Jadi minum susunya diselingi minum
air kasumba turate. Kalau sakit serampa ternyata banyak juga pantangannya, kata
orang tua, tidak boleh kena angin, kena air, tidak boleh menggoreng dalam
rumah, dan yang paling bikin suami baper… mom & dadnya gak boleh
berhubungan dulu alias ML. Saya sih gak
baper-baper amat karena kebetulan lagi datang bulan. Hehehhh….
Setelah binik-bintik merahnya
sudah tinggal sedikit, saya dan suami memutuskan untuk membawa Jagdish ke orang
pintar yang katanya bisa menyembuhkan sakit ‘puru’. Istilah Makassarnya di tui’. Tiga hari kemudian kami membawanya kembali ke
sana supaya badannya Jagdish dibersihkan dengan daun pare, kunyit basah dan
kelapa yang dicampur jadi satu.
Alhamdulillah sekarang
Jagdish sudah kembali sehat…nafsu makannya kembali. Once again Alhamdulillahi
Robbil alamin….
Saya baru kali ini menghadapi
yang namanya sakit serampa. Kami orang-orang di rumah dulu pernah kena yang
namanya cacar. Tapi ternyata serampa dan cacar beda. Kalau cacar siapa saja di
seluruh dunia bisa kena. Tapi kalau serampa, konon katanya hanya orang-orang
yang berdarah Sulawesi Selatan yang bisa kena serampa atau orang yang
tinggalnya di wilayah Sulawesi Selatan. Sebenarnya pantangannya sama saja, tapi
tidak boleh diremehkan. Katanya lagi penyakit serampa dulunya adalah penyakit
yang diderita oleh salah satu pangeran di salah satu kerajaan di Sulawesi
selatan. Sehingga ia diasingkan di tempat khusus. Oleh karena itu, orang yang
kena serampa jangan sampai dibilang jelek atau bau karena tidak mandi. Tapi
sebaiknya dibilang cantik atau ganteng.
Tips Memenangkan permainan Sabung Ayam Online Dengan Modal Sedikit Klik Di Sini
ReplyDeleteAgen Sabung Ayam Online Terbaik Dan Juga Terpercaya https://sabungayamlive.net/
Informasi Terlengkap Mengenai Sabung Ayam
http://bvsateayam.blogspot.com/2018/09/awal-awalannya-terkait-permaainan.html/