Sore hari ini (13/03/11), saya sempat menyaksikan acara Kick Andy edisi “Meraih sukses di usia muda”. Pendapat saya, sungguh sangat menginspirasi! Saya memang lebih gemar menonton acara yang bermanfaat semacam ini daripada menonton sinetron yang bukannya menghibur malah bikin kesal. Ceritanya yang itu-itu saja, anak yang tertukar, kecelakaan, lupa ingatan, mati hidup lagi, penganiaayaan dan masih banyak lagi hal-hal yang unreasonable (tidak masuk akal) menurut saya. Loh..kenapa jadi ngomongin sinetron nih? Okay, we back to the topic, suskses di usia muda. Sesuatu yang merupakan impian saya.
Siapa bilang untuk meraih sukses harus menunggu usia tua? Siapa bilang untuk menjadi kaya dan mempunyai harta benda melimpah harus menempuh hari-hari yang sangat panjang dan melelahkan? Ternyata, sukses, kaya dan terkenal bisa diraih saat masih muda dan tidak memerlukan waktu yang panjang dan melelahkan.
Merry Riana misalnya. Wanita energik ini ketika usianya menginjak 24 tahun sudah berhasil menjadi milyuner. Tidak tanggung-tanggung kesuksesan itu diraih tidak di negerinya sendiri, Indonesia, melainkan di Singapura.
“Saya sukses seperti sekarang karena keterpaksaan,” ujar Merry menjawab pertanyaan Host Kick Andy, Andy F.Noya. Menurut Merry ia terpaksa mengungsi ke negeri jiran Singapura karena saat itu Jakarta sedang dilanda kerusuhan Mei 1998. Merry yang kala itu tidak cakap berbahasa Inggris dan tidak banyak uang benar-benar prihatin. Setelah berhasil menyelesaikan kuliahnya di Nanyang Technological University Singapura dan menggondol gelar insinyur, Merry memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis. Ia mulai merangkak sebagai sales dari bermacam barang. Namun berkat keuletan dan ketabahan, Merry yang kini menjadi Duta Produk LG di Asia ini bisa meraih sukses dan mendirikan Merry Riana Organization bersama teman-temannya.
Sementara Putu Putrayasa mendapat penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia, MURI karena prestasinya di bidang pendidikan. Pemuda kelahiran Sumbawa, 17 Desember 1976 ini mendirikan sebuah perguruan tinggi di Baturaja, Sumatera Selatan ketika berusia 26 tahun. Putu, yang lahir dari keluarga miskin mendirikan perguruan tinggi karena “dendam pribadi”.
“Saya anak petani miskin. Ayah saya terpaksa menjadi kusir delman untuk mendapatkan tambahan uang. Saya dan adik-adik kesulitan untuk meneruskan sekolah yang lebih tinggi”, kata Putu yang pada usia 22 tahun mempunyai beberapa toko komputer yang omzetnya mencapai miliaran rupiah. Saat ini Putu sering keliling Indonesia untuk membagikan ilmu kewira-niagaan berdasarkan pengalaman pribadinya.
Dari Bogor, seorang pemuda yang masih berusia 26 tahun sudah menjadi pengusaha properti. Dan, usaha properti berupa komplek perumahan itu benar-benar ia rintis dari bawah, bukan perusahaan warisan orangtua. Pemuda itu adalah Elang Gumilang. Elang yang mempunyai bakat wiraswasta sejak kuliah di Institut Pertanian Bogor itu tertarik menekuni bisnis perumahan karena kagalauan hatinya.
“Saya sangat sedih ketika melihat banyak warga kita yang tidak mempunyai tempat tinggal. Bahkan saya sering melihat saudara-saudara saya itu tidur di kolong jembatan dan di gerobak-gerobak pemulung,” ujar pemuda yang lahir di Bogor pada 6 April 1985 itu sedih.
Itulah sebabnya bersama teman-temannya ia bertekad mendirikan perusahaan kontraktor untuk membangun rumah bagi orang yang tidak mampu.