Showing posts with label My Opinion. Show all posts
Showing posts with label My Opinion. Show all posts

Wednesday, April 3, 2013

Hutang Seribu Rupiah



Kemarin secara tidak sengaja saya bertemu dengan atasan saya di salah satu bank. Saat itu kami semua para guru memang disibukkan dengan pengurusan berkas sertifikasi termasuk pengurusan surat keterangan dari bank.  Saat akan meninggalkan bank atasan saya itu meminta tolong dipinjamkan uang seribu rupiah untuk bayar parkir. Saya pun membuka dompet dan mengambil uang lembaran 10 ribu. Namun atasan saya itu menolak karena yang ia butuhkan uang kecil. Dengan sangat sungkan saya merogoh uang recehan 2 koin lima ratus dari kantong tas saya. Sebenarnya saya agak risih, masa buat atasan, orang yang saya hormati, saya harus menyerahkan uang koin. Lagi pula apabila beliau mengambil uang yang sepuluh ribu itu, saya ikhlas kok walaupun nanti tidak dikembalikan. Namun, beliau berkata, “ tidak apa-apa yang itu saja”. Ya saya pun menyerahkannya.

Tadi pagi di tempat kerja, saya bertemu lagi dengan atasan saya itu. Beliau lalu menyapa saya, dan saya membalasnya hanya dengan senyum. Beliau langsung berkata, “Oh iya, ada utangku di’?” Dengan segera saya membalas, “tidak usah pak, saya ikhlas kok?” Tapi beliau tetap merogoh sakunya dan mengeluarkan satu persatu lembaran uang lima puluh ribuan dan seratus ribuan sambil berkata, “wah, saya tidak punya uang kecil.” Teman saya yang lain ikut berkomentar, “uang gede juga gak apa-apa, kan bisa dibagi-bagi ke yang lain.” Dan saya tetap bersikeras berkata, “tidak usah pak….” (tidak usah sedikit. Hehehh). Atasan saya itu dengan cepat menyerahkan selembar uang sambil berkata, “tidak boleh begitu. Nanti hal ini akan menghalangi saya masuk surga.” Mau tidak mau saya harus menerima selembar uang seribu tersebut, padahal sumpah demi Allah saya ikhlas.

HUTANG. Saya yakin hampir semua orang di dunia ini pernah berhutang. Ada yang berhutang seratus rupiah hingga yang jumlahnya milyaran rupiah. Berhutang dapat menjadi penyelamat dalam hidup kita. Namun perlu diingat bahwa berhutang tidaklah dianjurkan dalam agama Islam. Hutang bisa menimbulkan riba. Dan Ketika kita berhutang terkadang kita lupa, atau terkadang kita pura-pura lupa membayarnya. Rasulullah pernah menolak menshalatkan jenasah yang diketahui masih meninggalkan hutang dan tidak meninggalkan harta untuk membayarnya. Orang yang mati syahid pun akan diampuni semua dosanya, kecuali hutangnya.

Saya segera tersadar bahwa tindakan atasan saya itu benar.  Meskipun saya berkata ikhlas, beliau tetap berhati-hati dalam hal hutang. Berhutang satu rupiah pun kita harus segera membayarnya ketika telah dicukupkan rezeki untuk membayarnya. Jangan sampai kita sudah berusaha melakukan amalan-amalan yang baik, namun tanpa disadari terhalang oleh hutang.

Thursday, August 23, 2012

Jodohku di Mana Oh Tuhan?


Jodohku di manakah dirimu? Aku telah menunggu sekian lama namun engkau belum jua datang…..

Wanita yang telah menginjak usia matang namun belum bertemu jodoh tentu akan dilanda gundah gulana. Hari-harinya selalu dihantui oleh perasaan cemas dan merasa tidak berarti. Saya pun termasuk salah satu di antara sekian banyak wanita yang mengalaminya. Rasa sedih ketika semua orang mempertanyakannya. Tiap kali bertemu karabat ataupun teman, pertanyaan yang paling sering dilontarkan adalah sudah menikah atau belum? Calonmu orang mana? Kapan menikah? Dulu saya pernah berpikir bahwa mungkin saya akan menikah pada usia 23 tahun, sama seperti mamaku. Tapi ternyata, tidak. Melewati usia 23 tahun saya masih menunggu dan tetap sabar menunggu.  Bukannya tidak ada yang mendekat. Ada beberapa yang pernah mencoba mendekat, namun ada-ada saja dari mereka yang menurunkan minatku. Entahlah, kadang juga saya berpikir mungkin saya pemilih. Mungkin juga mereka memang bukan jodohku. Melewati usia 25 tahun, kecemasan saya semakin meningkat, melihat beberapa sanak saudara, tetangga dan teman yang sebaya dan bahkan yang usianya lebih mudah dariku telah menemukan jodohnya. Ketika mamaku pun mulai lebih sering menyindirku dengan ucapan-ucapan yang mungkin halus namun sangat menyayat-nyayat hatiku. Meski kujelajahi seisi dunia ini, bila Tuhan belum berkehendak apa mau dikata. Saya bersabar, tidak membantah, tidak memperlihatkan rasa cemasku pada orang lain karena saya yakin Allah telah mempersiapkan seseorang yang terbaik untukku. Saya yakin Allah Maha Adil, Maha Pemurah dan mendengar doa-doaku. Suatu saat nanti ia akan datang pada waktu yang ditentukan olehNya. Yang hendak saya lakukan adalah tetap bersabar, memperbaiki diri, dan berdoa agar jodoh segera didekatkan.

“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan,
supaya kamu mengingat kebesaran Allah”
 ~ (Adz Dzariyaat 49)

When love isn’t in our lives, it’s on the way. If you know that a special guest is coming at five o’clock, do you spend the day messing up the home? Of course not. You prepare. And that is what we should do for love.
~Marianne Williamson

Tuesday, April 10, 2012

Budaya Suap di Departemen Agama


Beberapa pekan yang lalu, saya pergi ke salah satu kantor pemerintah. Sebuah departemen yang bila dilihat dari namanya saja, kita mungkin berpikir bahwa orang-orang yang berada di dalamnya (pejabat dan pegawainya) cukup berakhlak. DEPARTEMEN AGAMA (Maaf, saya terpaksa menyebutkannya).

Saya yang seorang guru honorer rela terpontang-panting mengurus berkas ke sana ke mari demi secercah harapan kehidupan. Di tengah  hujan deras, saya memacu gas motor agar tidak terlambat menyetor berkas. Alhasil, pakaianku basah karena air menembus jas hujanku. Tapi, saya tetap tersenyum. Hujan tak lekas menyurutkan semangatku untuk menyelesaikan urusan ini.

Dan tibalah pada saat saya harus berurusan dengan pegawai yang menangani kami, guru-guru tersertifikasi. Ada sesuatu yang berbeda dengan pegawai ini. Sungguh berbeda 180 derajat.  Ia tak lagi tersenyum seperti biasanya. Sikap dinginnya membuatku bingung. Ada apa gerangan? Kesalahan apa yang telah kuperbuat sehingga ia menandatangani berkasku dengan sikap seolah begitu kesal kepadaku?

Sedikit tersadar ketika salah satu rekan guru dari sekolah lain bertanya apakah saya punya amplop. Saya balik bertanya, “Loh, amplop untuk apa?” Dia menjawab, “Sedikit pembeli rokok untuk pak B.” Yang dimaksud rekanku tadi adalah pegawai yang tadi.

Akhirnya saya memberanikan diri untuk bertanya pada salah satu rekan yang berasal dari sekolah yang sama denganku. Saya pun menceritakan kejadian tentang pegawai tadi. Rekanku itu menjawab sambil tertawa, “Oh, itu artinya dia menunggu sesuatu.”

Waktu itu saya berpikir sejenak, kemudian langsung tersadar dan mengerti. Intinya tidak ada yang gratis di dunia ini. No money no smile. Saya baru tahu kalau selama ini kebanyakan guru yang tersertifikasi melalui departemen ini rupanya memberi setoran kepada pegawai-pegawai yang bersangkutan dengan mereka. Ada yang menyebutnya sebagai tanda terima kasih, ada pula yang menyebutnya sebagai pelicin. Ini sudah jadi rahasia umum. Hanya saja saya yang terlalu lugu dan polos.

Sungguh memprihatinkan Negeriku ini. Sogok menyogok sudah menjadi budaya yang mengakar dan melebar. Yang menyogok dan yang disogok sudah tidak punya rasa malu, terlebih lagi rasa takut kepada Tuhan.

Dilema alias serba salah. Sejak kecil saya dididik oleh orang tua saya untuk senantiasa berlaku jujur dan ikhlas. Saya sudah terbiasa meraih sesuatu tanpa harus menyogok. Mereka para pejabat dan pegawai pemerintah rupanya belum cukup puas dengan gaji bulanannya yang mungkin berkali lipat dari hasil sertifikasi honorer yang saya terima. Bila saya menolak untuk memberi mereka ‘amplop’, kemungkinan besar segala urusan saya yang berhubungan dengan kantor ini akan dipersulit dan rekan-rekan sesama guru akan menganggap saya pelit. Bila saya memberi mereka ‘amplop’, itu artinya saya turut membudayakan kebiasaan menyogok. Dan bila hal ini dibiasakan, mereka tentu akan semakin bersikap tidak ikhlas kepada mereka yang tak memberi pelicin. Padahal, sepatutnya sudah menjadi tugas mereka sebagai abdi Negara.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk membuka aib, saya hanyalah orang biasa yang merasa tidak nyaman dengan kejadian seperti ini. Dan saya sangat berharap agar Depag segera membenahi diri karena sesungguhnya keikhlasan dalam bekerja diberkahi Allah SWT. Seperti motto Depag 'Ikhlas Beramal'. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita sehingga terhindar dari azab kubur dan api neraka. Amin Ya Rabb....



Friday, March 23, 2012

Bangun Tidur Kesiangan Jadi Perawan Tua?


Dari dulu orang-orang tua kita selalu berkata pada anak gadisnya, “Jangan bangun tidur kesiangan nanti jadi perawan tua.” Banyak yang percaya, banyak juga yang tidak. Anak zaman sekarang bilang, “Loh, apa hubungannya?” Itu hanya mitos orang-orang zaman behuela. Nah, orang tua menjawab, "Kena baru tau rasa kamu." Tapi, kalau dipikir-pikir secara logika ada benarnya juga. Kenapa? Coba saja bandingkan nih. Cewek yang selalu bangun cepat dipagi hari, sudah pasti termasuk cewek yang rajin dan disiplin. Sedangkan cewek yang selalu telat bangun identik dengan kata ‘MALAS’, artinya cewek itu pemalas. Mana ada cowok yang mau menikah dengan cewek pemalas. Bisa-bisa nanti kalau sudah menikah, urusan rumah tangga jadi terbengkalai.

Nah, sekarang apakah saya juga percaya pada mitos itu? Setiap pagi mama selalu berteriak membangunkan kami semua anak-anaknya (pokoknya semua yang cewek dan yang cowok). Saya yang mungkin anak yang penurut, takut dimarahi, langsung terbangun begitu mendengar sedikit saja suara mama. Sering kali sementara saudara-saudaraku masih terlelap dalam tidurnya, saya sudah bolak-balik beres-beres membersihkan rumah. Kakak laki-lakiku yang tertua paling susah kalau dibangunkan. Begitu pula saudara sepupuku yang cewek yang memang hobinya tidur. Lantas apakah dengan demikian saudara laki-laki dan sepupuku itu akan jadi perjaka dan perawan tua? Kenyataannya tidak. Kakak laki-lakiku telah menikah dan saudara sepupuku yang usianya jauh lebih muda dariku akan segera naik pelaminan. Sementara saya, jangankan akan menikah, calonnya saja belum ada.

Terbukti kan, mitos itu tidak berlaku. Terserah anda percaya atau tidak.

#sedikit curhat nih. :(

 

Tuesday, August 16, 2011

Semangat Perayaan Hari Kemerdekaan Dulu dan Kini


Guys, tomorrow is August 17th, our independence day. Hari kemerdekaan kita bangsa Indonesia!
Think about this, kita dijajah kurang lebih 350 tahun oleh bangsa-bangsa Eropa dan Jepang and finally pada tanggal 17 Agustus 1945 our first President Ir. Soekarno dan wakilnya Muh. Hatta mendeklarasikan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan yang kita peroleh atas berkat perjuangan para pahlawan-pahlawan kita dalam melawan penjajah dan tentu atas seizin Yang Maha Kuasa.

Masih ingat dulu jaman-jaman masih sekolah di bangku sekolah dasar setiap menjelang tanggal 17 Agustus, semua begitu antusias, penuh semangat dan suka cita. Anak-anak sekolahan sibuk latihan persiapan untuk mengikuti berbagai macam perlombaan seperti baris-berbaris, paduan suara, baca puisi, pramuka dan sebagainya. Sementara masyarakat di setiap kelurahan/desa sibuk bergotong-royong membersihkan lingkungan, pagar-pagar dicat dan diperindah, kemudian di gerbang jalan/lorong dipasang gapura bernuansa merah putih, bendera dipasang secara serentak di depan rumah dan kantor. Perlombaan antar desa tidak kalah serunya, mulai dari panjat pinang, balap karung, makan kerupuk, berbagai macam cabang olah raga, dan lain-lain. Aih…seru, senangnya! Dan yang tak kalah menarik adalah upacara bendera 17 Agustus. Loh, bukannya kebanyakan anak sekolahan benci sama yang namanya UPACARA? Ya memang, tapi upacara pada tanggal 17 Agustus rasanya lebih khidmat. Paskibrakanya keren-keren, apalagi kalau ada hiburan berupa marching band/ drum band. Makanya beda dengan upacara hari Senin.

Sekarang coba lihat di sekitar kita. suasananya tidak seperti dulu lagi. Tanda-tanda bahwa besok adalah hari kemerdekaan bangsa kita tidak tampak. Sejak kemarin sampai hari ini saya mengamati, ternyata masih banyak yang belum memasang bendera merah putih di depan rumahnya  (kasihan..mungkin mereka tidak punya bendera atau mungkin tiang bambu). Dan mungkin karena sudah dua tahun belakangan ini tanggal 17 Agustus selalu bertepatan dengan bulan Ramadhan sehingga beberapa kegiatan dikurangi atau ditunda atau malah ada yang ditiadakan agar ibadah Ramadhan tidak terganggu. Dan oh iya, sekarang para pelaku pemerintahan dan masyarakat sedang sibuk dengan Kasus-kasus korupsi khususnya kasus Nasaruddin. Perayaan kemerdekaan tenggelam oleh kasus Nasaruddin (terkenal amat tuh orang).

Merayakan hari kemerdekaan memang bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan rasa nasionalisme. Masih banyak cara lain untuk menunjukkan bahwa kita benar-benar cinta kepada Negara kita Indonesia. Akan tetapi, alangkah indahnya bila seluruh rakyat Indonesia bersatu padu menyongsong hari peringatan kemerdekaan bangsa kita dengan penuh semangat.

HAPPY 66th INDEPENDENCE DAY, INDONESIA…
I wish everything get better and better. Amin…..

Thursday, August 4, 2011

Perlukah Memberi Pujian?


Pujian adalah sebuah kata yang sederhana, namun bisa menimbulkan banyak persepsi. Untaian kata-kata pujian bisa memberi semangat, meningkatkan rasa percaya diri, serta dapat memupuk rasa saling menghargai. Tapi, disamping itu, pujian juga bisa membuat seseorang lupa diri, menjadi sombong/ angkuh, ataupun membuat perasaan tidak pernah puas. Semua itu tergantung dari maksud atau tujuan orang yang melontarkan pujian dan respon yang diterima oleh yang dipuji. Pada dasarnya semua orang senang bila dipuji, akan tetapi pujian perlu disikapi dengan bijak. Pujian seperti air laut, yang semakin banyak diminum, semakin haus rasanya; semakin sering dipuji, semakin haus diri kita akan pujian.

Ini adalah pengalaman saya tentang betapa sebuah kalimat pujian bisa membuat seseorang bersemangat dan percaya diri. Saya ingat, sewaktu masih sekolah tingkat SMP dulu, suatu hari saya belajar Fisika. Guru saya tersebut meminta kami semua mengerjakan satu soal hitungan. Saat itu sayalah yang pertama berhasil menyelesaikan soal tersebut. Kemudian guru saya tersebut berkata seraya tersenyum, “kamu kecil-kecil tapi hebat ya. Bisa menyelesaikan soal ini dengan cepat, dengan caramu sendiri.” Waktu itu saya memang adalah siswa termuda di tingkatan kelas saya. Guru saya tidak marah, meskipun saya tidak mengikuti pola contoh yang telah dijelaskan. Pujian guru saya tersebut membuat hati saya senang, saya semakin bersemangat dan semakin suka mengikuti pelajarannya. Pujian bisa terasa manis bak madu bila ditanggapi positif sebagai motivasi diri.

Kalimat pujian pun bisa menimbulkan rasa berbangga diri yang sangat berlebihan. Saya sangat mengenal baik gadis ini, sebut saja namanya ‘A’. Dia cantik, memang cantik. Setiap kali ada orang lain yang melihat kami berdua, orang itu akan berkata ‘A’ lebih cantik dari pada saya. Kadang ada yang bilang dia mirip artis ini, artis itu, pokoknya mirip artis yang cantik-cantik deh. Sejak kecil dia memang sudah sering diistimewakan, jadi tak ada seorang pun yang berani berkata jelek tentang dirinya (Hanya saya yang sedikit berani mengkritik bila memang ada sesuatu yang perlu untuk diperbaiki). ‘A’ sudah terbiasa dibanjiri pujian sehingga sekali-kali bila ia tidak mendapatkannya atau justru pujian ditujukan kepada orang lain, ia akan menunjukkan rasa tidak senangnya/ marah. Pujian bisa menjadi racun dalam diri bila ditanggapi secara berlebihan.

Tak ada salahnya bila kita melontarkan pujian kepada orang lain, dalam artian memuji yang sewajarnya tidak berlebihan. Orang yang senantiasa memuji adalah orang yang mampu menghargai orang lain. Sedangkan orang yang tidak mau memuji, mungkin termasuk orang yang tidak mau menghargai orang lain. Ada pendapat yang mengatakan orang yang sering memuji, mungkin semasa hidupnya sering mendapatkan pujian. Sementara orang yang enggan untuk memuji, mungkin jarang mendapatkan pujian.

Memuji bukan dengan maksud memuja orang yang dipuji, akan tetapi mengagumi keangungan Allah. Saya diajarkan untuk senantiasa mengucap ‘Masya Allah’ atau ‘Subhanallah’ setiap kali melontarkan pujian terhadap sesuatu. Serta  mengucap ‘Alhamdulillah’ setiap kali mendapatkan pujian sebagai rasa syukur akan limpahan angurah Allah.

Ingatkah anda kapan terakhir kali anda mendapatkan pujian? Kapan terakhir kali anda memuji sesuatu?
 Dale Carnegie quotes (American lecturer, author, 1888-1955)

Monday, August 1, 2011

Saya Satu dari Sedikit Orang yang Tidak Tertarik dengan Harry Potter



Di saat orang-orang sedang asyik memperbincangkan film seri terakhir Harry Potter 7: Harry Potter and The Deathly Hallows; Part 2, yang baru-baru ini ditayangkan di bioskop-bioskop seluruh Indonesia, saya justru no comment. Orang-orang berbondong-bondong antri or janjian dengan teman-teman ke bioskop pesan tiket Harry Potter, saya justru biasa-biasa saja. Respon orang-orang tersebut sebenarnya wajar, saya malah heran dengan diri saya sendiri, “Mengapa saya tidak pernah sedikit pun tertarik dengan Harry Potter?”. Bukannya saya tidak suka dengan film bertema penyihir atau tidak suka dengan actress atau actornya. Entahlah….Kalau soal plot ceritanya, I don’t know much, saya hanya sedikit-sedikit dengar dari cerita teman-teman.

Coba bayangkan berjuta-juta orang terhipnotis dengan cerita karangan J.K Rowling ini, film sekuel  tersukses dalam sejarah. Saya pernah berusaha untuk menyukai Harry Potter dengan memulai membaca buku dan menonton filmnya dari awal, tapi belum seberapa saya sudah get bored duluan, tidak tertarik untuk melanjutkannya. Mungkin orang-orang akan menganggap saya kampungan, tidak cerdas, atau pun tidak punya daya imaginasi yang tinggi. Biarkan saja…toh gak ada paksaan untuk suka. Ini hanya masalah selera, guys.

Fans HarPot yang cantik-cantik & ganteng-ganteng, jangan marah ya....

Wednesday, July 27, 2011

Apakah Belajar dengan menghafal cukup efektif?


Menghafal adalah salah satu bagian dari belajar, bukannya belajar untuk menghafal. Belajar dengan cara menghafal merupakan metode lama. Sebagian orang menganggap metode menghafal cukup efektif, dan sebagian besar lainnya menganggap bahwa metode semacam ini sudah outdated alias kuno. 

Sebenarnya saya setuju-setuju saja bila dikatakan bahwa metode menghafal masih cukup efektif bila digunakan dalam cara belajar  masa kini. Menghafal juga merupakan tahap dasar yang diterapkan oleh Rasulullah kepada para sahabat terutama dalam menghafal Al quran. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidak luput dari menghafal, ada beberapa hal yang harus kita hafal sehingga kita dapat mengingatnya kembali. 

Dalam mengajar bahasa Inggris pun saya tetap menerapkan metode menghafal kosa kata khususnya untuk anak-anak. Akan tetapi menurut pengalaman saya, sungguh sangat tidak efektif bila kita mengharuskan anak-anak untuk menghafal kata dalam jumlah banyak sekaligus. Mereka akan merasa bosan, mudah lupa dan mungkin akan merasa tertekan bila mereka dipaksakan. Mereka akan merasa lebih enjoy bila diberi hafalan sedikit demi sedikit dan diiringi dengan practice dan having fun, misalnya dengan membuat contoh kalimat atau memberi vocabulary games. 

Setiap orang tentu memiliki cara tersendiri dalam belajar/ mengajar yang mungkin dianggap the best way. Jadi, jangan menyalahkan orang lain bila metodenya berbeda dengan metode anda. 

What do you think about rote learning?

Monday, July 4, 2011

Mengapa peringkat/rangking sudah tidak ada lagi di rapor?

Beberapa hari yang lalu adalah hari penerimaan rapor bagi kebayanyakan sekolah pada berbagai tingkatan SD, SMP, maupun SMA. Dalam rapor kebanyakan siswa-siswa saya tidak ada peringkat/ rangking. Sebenarnya saya tidak terlalu kaget karena sudah sejak beberapa tahun belakangan ini memang sudah demikian. Beberapa siswa yang termasuk berprestasi menyatakan kekecewaannya karena mereka tidak dapat mengetahui sejauh mana prestasi yang telah mereka capai. Begitu pun saya, yang cukup kecewa karena tidak dapat mengetahui perkembangan prestasi adik saya yang telah saya didik dengan baik semampu saya.

Mengapa sekarang pada kebanyakan rapor anak-anak sekolahan, peringkat atau rangking sudah tidak tercantum lagi?

Secara garis besar saya sangat tidak setuju dengan hal ini. Bagaimana pun juga, seorang pelajar yang telah belajar dengan keras selama satu semester bahkan extra belajar keras selama masa-masa ujian, perlu diberi semacam reward. Nah, reward yang diharapkan tentunya adalah berupa nilai-nilai yang bagus dan rangking. Apa fungsi rangking? Tentu untuk mengukur sejauh mana peningkatan yang diraih oleh pelajar tersebut atau konsistensi bagi yang memang telah berprestasi. Ada guru yang berpendapat, “Rangking sudah tidak ditulis lagi supaya siswa yang tidak berprestasi tidak merasa malu. Untuk mengukur prestasi, kan sudah ada nilai yang tercantum di rapor.” Ada benarnya juga sih, supaya siswa yang tidak berprestasi tidak menjadi frustasi. Hehe… . Tapi, menurut pandangan saya  dalam belajar tidak ada kata malu. Malu karena tidak mendapat rangking atau karena rangking menurun adalah sebuah motivasi  untuk belajar lebih giat.

Menurut pendapat saya tidak adanya sistem peringkat akan membuat pelajar menjadi semakin santai alias malas. Mengapa? Coba bayangkan siswa yang termasuk pandai di kelas, tapi tidak mendapatkan penghargaan berupa peringkat; ia mungkin berpikiran, pandai atau tidak pandai di kelas tidak ada bedanya, sama saja.  Dan siswa yang termasuk paling kurang pandai/ malas di kelas juga akan berpikiran, “saya tidak perlu belajar keras, kan  nanti  di rapor  tidak akan ketahuan bahwa saya yang paling bodoh.”

Tidak semua sekolah kok, masih ada beberapa sekolah yang tetap mencantumkan rangking di rapor. Bandingkan dengan siswa yang mengetahui peringkatnya di kelas. Siswa yang mendapat rangking/ peringkat bagus mungkin akan berkata dalam hati, “saya akan terus belajar dan mempertahankan apa yang telah saya capai saat ini.” Dan siswa yang tidak mendapatkan peringkat/rangking yang bagus mungkin juga akan berkata dalam hati, “saya akan belajar lebih giat supaya peringkat saya bisa meningkat.”

Menurut saya, rangking itu penting. Bagaimana menurut anda?

Tuesday, June 7, 2011

Little Girls



Little girls look like little princess and behave like angels. I’d love to see when they’re playing, when they’re smiling, when they’re laughing, even when they’re crying. Their dresses, their shoes, their accessories, are so cute.

Every time I see little girls I always remember my childhood, when my mom wore me a beautiful dress which she borrowed from my little aunt. My hair was braided with pretty ribbon. You know, I was so happy being like a little princess. My mom used to dress me up when I went to school or I went somewhere else with her.

These are my favorite quotes about little girl….

©      “It's the good girls who keep the diaries; the bad girls never have the time.” -  Tallulah Bankhead

©      “No one ever told me I was pretty when I was a little girl. All little girls should be told they’re pretty, even if they aren’t.” – Marilyn Monroe

©      “A little girl can be sweeter (and worse) oftener than anyone else in the world. She can jitter around, and stomp, and make funny noises that frazzle your nerves yet just when you open your mouth she stands there demure with that special look in her eyes. A girl is Innocence playing in the mud, Beauty standing on its head, and Motherhood dragging a doll by the foot.” - Alan Beck

©      “The perfect shoes can change your life.” – Cinderella

©      "I am a princess. All girls are. Even if they live in tiny old attics. Even if they dress in rags. Even if they aren't pretty, or smart, or young. They’re still princesses. All of us." - Sara Crew, A Little Princess

©      "She has the Spirit of the sun,
The Moods of the moon,
The Will of the wind."
- Julie Perkins Cantrell

Wednesday, April 27, 2011

Corat-coret and konvoi setelah ujian, Jangan!!!


Ujian Nasional tingkat SMP dan MTs hampir usai. Setiap musim Ujian Nasional telah selesai,  kita sering meyaksikan secara langsung maupun melalui media, siswa-siswi melakukan aksi corat-coret kemudian dilanjutkan dengan aksi konvoi kendaraan di jalanan. Hal ni sudah menjadi tradisi turun-temurun dan sangat sulit dihilangkan.

Saya termasuk salah seorang yang sangat tidak setuju dan tidak menyukai tindakan corat-coret dan konvoi di jalanan setelah pengumuman kelulusan, terlebih lagi bila baru saja selesai ujian. Selain untuk kesenangan semata, saya tidak melihat ada manfaat lainnya. Yang ada justru kerugian. Kerugian pertama yaitu pemborosan (pemborosan pakaian, alat coret, dan bensin). Baju yang telah dicorat-coret tentu tidak akan dapat terpakai lagi. Alangkah bijaknya bila baju seragam yang masih layak pakai tersebut disumbangkan kepada anak-anak sekolah yang kurang mampu atau simpan buat adik-adik kita. Kedua, konvoi di jalan sangat meresahkan masyarakat karena menghalangi jalan sehingga menyebabkan macet. Ketiga, aksi konvoi sangat berbahaya. Kebanyakan dari mereka yang melakukan konvoi kendaraan terutama yang bermotor tidak menggunakan helm dan cenderung ugal-ugalan di jalan sehingga sangat rawan mengalami kecelakaan . Keempat, dapat menimbulkan konflik. Mereka yang melakukan corat-coret dan konvoi kadang kala terlalu senang, meluap-luap, lupa diri hingga melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh orang lain dan tidak menyadari bahwa perbuatannya itu sebenarnya salah. Seperti yang terjadi 20 April lalu, ratusan siswa SMK di Makassar yang melakukan konvoi terlibat tawuran gara-gara pada saat melintas di depan SMK 8 Makassar, salah seorang peserta konvoi melempar ke arah sekolah tersebut. Akhirnya terjadilah tawuran antar pelajar. 

Apa jadinya bila setelah melakukan hip hip hura, corat-coret dan konvoi, ternyata tidak lulus? Ask to your self. Bayangkan sendiri deh.

Bila ingin mencorat-coret, ambillah sebuah kanvas, melukislah.; atau ambillah sebuah pena, tulislah puisi, cerita, atau opini. Bila anda ingin berkeliling-keliling naik kendaraan, mendingan ngantar ibu ke pasar.  Hal tersebut  tidak akan merugikan diri sendiri maupun orang lain, malah bermanfaat. Iya kan???

Thursday, April 21, 2011

Wanita dan Emansipasi


Wanita adalah manusia yang mampu mengandung, melahirkan, dan menyusui.  Seperti yang kita ketahui, wanita awalnya diciptakan oleh Allah SWT dari tulang rusuk Nabi Adam yang kala itu masih menghuni surga. Ia adalah Hawa yang menemani Adam melewati kehidupannya di surga dan di bumi ini. Tujuan ia diciptakan bukan untuk menjadi pemimpin dan bukan pula menjadi budak Nabi Adam, akan tetapi sebagai teman berbagi suka dan duka.

Betapa mulianya seorang wanita sehingga ia diibaratkan dengan hal-hal yang bersifat baik. Wanita selalu dikaitkan dengan keindahan, baik dari segi fisik maupun dari segi akhlak. Bahkan Rasulullah SAW pun pernah bersabda bahwa wanita yang sholehah adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Selain itu Rasulullah SAW juga bersabda bahwa wanita adalah tiang Negara. Bila dalam suatu Negara para wanitanya berakhlak baik, maka baik pula keadaan negaranya. Begitu pula sebaliknya, bila para wanitanya berakhlak buruk, maka rusaklah negaranya. Jadi, tak dapat dipungkiri bahwa wanita memiliki peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sejak munculnya faham feminism pada awal abad ke 19 di Amerika, gerakan emansipasi wanita mulai  merambah ke seluruh dunia. Hal tersebut didasari oleh terjadinya berbagai bentuk penindasan terhadap wanita oleh kaum pria di Negara-negara barat. Emansipasi berasal dari bahasa latin ‘emancipatio’ yang artinya pembebasan dari tangan kekuasaan. Di Negara barat ada Kate Chopin, seorang penulis feminism yang terkenal pada akhir abad ke 19 dan Mathilde Fibiger, seorang penulis novel dari Denmark. Mereka mengadvokasikan gerakan feminism melalui tulisan-tulisannya. Mereka berjuang untuk meningkatkan derajat kaum wanita di mata masyarakat. 

Di Negara kita, Indonesia, kita selalu memperingati Hari Kartini setiap tanggal 21 April. Raden Ajeng Kartini adalah sosok pelopor emansipasi wanita yang terkenal dengan bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang.”  Beliau adalah putri dari seorang Bupati Jepara yang lahir pada tanggal 21 April 1879. Pada masa itu, nasib kaum wanita penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala harapan, ketiadaan dalam segala perjuangan, dan tidak lebih dari perabot kaum laki-laki belaka, dan bertugas tidak lain dari yang telah ditentukan secara alamiah, yaitu mengurus dan mengatur rumah tangga saja, kaum wanita telah dirampas dan diinjak-injak harkat dan martabatnya sebagai manusia. Ini hampir sama dengan yang tertulis dalam English Common Law, …all real property which a wife held at the time of a marriage became a possession of her husband. Kaum wanita tidak mendapat hak sedikit pun untuk belajar membaca dan menulis, terlebih lagi memperoleh pendidikan di bangku sekolah. 

Pada saat berusia 12 tahun Raden Ajeng Kartini mulai menjalani pingitan di rumah yang sudah menjadi tradisi untuk mempersiapkan anak gadis menuju jenjang pernikahan. Pada masa pingitan itu, beliau tidak berdiam diri, beliau tetap belajar dan berkomunikasi dengan sahabat-sahabat penanya melalui surat, salah satunya adalah  Rosa Abendanon  yang berasal dari Belanda. Raden Ajeng Kartini bercerita tentang betapa tersiksanya hidup dalam lingkungan keningratan yang terkunkung dalam adat istiadat.  Beliau berkeinginan untuk melakukan perubahan.

Raden Ajeng Kartini berusaha mewujudkan cita-cita luhurnya untuk mengangkat derajat wanita Indonesia yang mana kaum wanita dapat setara dengan kaum pria.  Beliau harus menghadapi ketidaksetujuan keluarga dan hinaan sebagai penentang adat istiadat dan tradisi.  Namun, beliau tidak menyerah begitu saja, hingga akhirnya beliau mendapat beasiswa untuk  bersekolah di Belanda.

Raden Ajeng Kartini menikah pada usianya yang ke 23 tahun dengan seorang Bupati Rembang yang bernama Raden Adipati Joyodiningrat. Walaupun sudah menikah Raden Ajeng Kartini tetap gigih untuk tetap memperjuangkan pendidikan bagi kehidupan anak - anak di sekitar tempat tinggalnya. Sang suami, Raden Adipati Joyoningtat pun turut serta melancarkan perjuangan Raden Ajeng Kartini.

Bahkan sebelum akhir hayatnya, beliau tetap memperjuangkan emansipasi wanita dalam bidang pendidikan. Wanita tidak hanya harus mendapatkan kewajiban saja, tetapi juga selayaknya mendapatkan hak untuk menjadi lebih cerdas dan berpengetahuan luas.  Raden ajeng Kartini mengehembuskan nafas terakhirnya pada saat beliau berusia 25 tahun. 

Sampai hari ini kita telah merasakan perjuangan R.A Kartini dalam berbagai aspek kehidupan. Sekarang bukan hanya pria yang dapat bersekolah, wanita pun sangat berhak untuk memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya. Dalam segi pekerjaan pun tidak memandang gender, wanita pun bisa jadi presiden, dokter, guru, atlet, polisi, bahkan supir truk. Wanita tak hanya berdiam diri di rumah, kita pun dapat menikmati kehidupan di luar rumah, ke pasar, makan di restoran, berjalan-jalan di mall, ke bioskop dan sebagainya. 

Sikap  kaum feminis yang fanatik cenderung menyalahkan agama sebagai sumber terbelenggunya kaum wanita. Agama Islam dianggap telah mendiskriminasi wanita. Padahal, Allah menegaskan bahwa wanita berserikat dengan kaum laki-laki dalam prinsip kemanusiaan mereka. Yang berarti pria dan wanita hidup saling melengkapi dan tidak ada saling mendiskriminasi.

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan zawj; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS 4:1).

Dalam ajaran Islam kedudukan wanita dan pria sudah jelas.  Pertama, wanita dan pria memiliki kesempatan yang sama untuk beriman, beribadah dan beramal (shalat, zakat, puasa, dan haji). Kedua, wanita dan pria sama-sama dapat menjadi ahli waris dan memperoleh warisan sesuai dengan ketetapan (tentu dengan alas an-alasan yang sangat rasional). Ketiga, wanita dan pria sama haknya dalam berusaha, memperoleh, memiliki, menyerahkan, atau membelanjakan harta kekayaannya. Keempat, kedudukan wanita dan pria sama dalam memperoleh pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kelima, wanita dan pria memiliki kesempatan yang sama untuk memutuskan ikatan perkawinan bila syarat-syaratnya terpenuhi. Keenam, hak dan kewajiban pria dan wanita dalam hal-hal tertentu sama dan dalam hal lain berbeda karena kodratnya, seorang pria bertanggung jawab untuk mencari nafkah keluarga, sedangkan wanita bertanggung jawab mencurahkan perhatian terhadap rumah tangga, membesarkan dan mendidik anak-anak. Walau demikian, bukan berarti wanita tidak boleh bekerja, menuntut ilmu dan melakukan aktifitas lainnya. Wanita memiliki hak dan kewajiban terhadap apa yang sudah menjadi kodratnya. Emansipasi wanita tidak hanya berdampak positif, tetapi juga bisa berdampak negatif.  Emansipasi pun disalah artikan. Kebanyakan wanita masa kini yang memiliki penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan suaminya, malah menginjak-injak harga diri suaminya. Disamping itu, wanita-wanita dan bahkan gadis-gadis belia bebas berkeliaran di klub malam/diskotik, mabuk-mabukan, pesta narkoba, hingga akhirnya terjadi hamil di luar nikah dan melakukan tindakan aborsi. Naudzubillahi min dzalik....

Emansipasi bukan berarti wanita bisa melawan pria atau hidup sebebas-bebasnya tanpa aturan. Seorang wanita tetap harus menjaga pergaulannya dengan kaum pria yang bukan muhrim, bersikap sewajarnya wanita (tidak kelaki-lakian dan tidak kegenit-genitan), menutup aurat dan juga menjaga akhlaknya. Menurut saya, emansipasi adalah perjuangan wanita untuk memperoleh haknya meraih pendidikan, pekerjaan, serta kehidupan yang layak tanpa harus meninggalkan kewajiban atau kodratnya sebagai wanita. Menjadi wanita yang tangguh, berkepribadian menarik serta memberi kontribusi terhadap kemajuan bangsa dan negara, that’s the real emancipation….! 

I'm a woman and I want to be the next Kartini.
Happy Kartini's Day for all of the women in Indonesia.  ^_^

Saturday, March 26, 2011

Curhat (Sharing)


Curhat adalah istilah lama yang  belakangan ini sedang trend, berasal dari kata ”curahan” dan ”hati” yang disingkat menjadi curhat. Curhat berarti berbagi cerita tentang berbagai hal, mulai dari pengalaman hidup, persahabatan, percintaan yang identik tentang perasaan. Ini merupakan suatu aktifitas yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita, terutama bagi kaum wanita/ cewek.

Sebagai makhluk sosial, kita perlu berinteraksi dengan orang lain. Di kala senang, sedih, kecewa, marah ataupun cemburu, sebaiknya anda berbagi kepada orang yang dapat anda percaya. Dengan demikian, beban psikologis yang mengganjal di hati akan berkurang atau bahkan bisa hilang. Jangan sampai masalah yang sedang anda hadapi dipendam sendiri karena akibatnya anda bisa menjadi stres karena tak kunjung mendapatkan solusi. Akan tetapi, ada hal yang perlu diperhatikan, kepada siapa anda curhat? Curhat tidak boleh dilakukan di sembarang tempat atau pada orang yang kurang tepat. Salah-salah bukannya meringankan beban malah menambah beban. Misalnya saja anda curhat pada seseorang yang bermulut ’ember bocor’ (tukang gosip), curhatan anda yang mungkin harusnya dirahasiakan, malah jadi konsumsi umum. Selain itu, pilihlah momen yang pas untuk curhat, jangan curhat di saat orang tempat anda berbagi sedang sibuk atau mungkin sedang tidak mood. Disamping itu, ada baiknya bila anda meminta saran atau nasehat sebagai pertimbangan anda dalam mengambil keputusan terbaik.

Saya sendiri suka curhat, tapi dengan cara yang berbeda. Saya curhat kepada teman-teman tentang hal-hal yang tidak terlalu personal misalnya masalah pekerjaan, pertemanan, atau hobbi. Karena saya termasuk orang yang sedikit introvert, untuk masalah yang lebih pribadi saya lebih suka menuliskannya lewat lembaran-lembaran buku harian hijau yang saya miliki (entah sekarang sudah berapa jumlahnya dan tak seorang pun boleh membacanya!). Dan tempat yang paling saya percaya untuk curhat adalah kepada Allah SWT, dengan berdialog kepada-Nya berbagi tentang segala hal dimana pun dan kapan pun. Lalu saran dan solusinya? Alhamdulillah itulah hebatnya, Allah memberikan saya kekuatan untuk bisa memotivasi diri sendiri. Meski demikian, saya tetap berharap suatu saat bisa menemukan tempat curhat yang tepat selain Tuhanku.

I’m probably not a good speaker, but believe me I’m a good listener. Saya tidak akan pernah menolak untuk mendengarkan segala bentuk curhatan. Bukan berarti bahwa saya suka mendengarkan, kemudian menyebarluaskan curhatan orang. Tapi, saya memang senang mendengar orang bercerita tentang pengalaman dan perasaannya. Dengan mendengar, saya bisa membantu meringankan beban mereka, selain itu saya bisa bercermin dan belajar dari apa yang mereka alami.

Curhat tidak memandang usia, status sosial, profesi, ataupun agama. Jadi, berbagilah kepada orang tua saudara, teman, atasan/ bawahan, guru, atau kepada siapa saja yang dapat anda percaya. Curhat? Why not???

“Life has taught me that respect, caring and love must be shared, for it's only through sharing that friendships are born.” -  Donna A. Favors