Monday, October 26, 2015

I am a mother to be

Sudah lama gak nongol di blog saya ini. Finally, I come back. Dari menikah hingga sekarang sudah setahun lamanya, baru sekarang disempat-sempatin tuk nulis lagi. I 'm too much happy to share my new experience.

Yeah, here it is....

Saya menikah tepatnya tanggal 13 Oktober 2014. Awalnya saya berpikir menikah karena dijodohkan bukanlah hal yang begitu menyenangkan. But at least saya bisa merasa lega karena akhirnya saya bisa melepas masa lajang meskipun usia saya tidak lagi tergolong muda, 28 tahun. Being married is not about findind the perfect person but finding the right one for me. Syukur Alhamdulillah, saya menikah dengan lelaki terbaik untuk saya.

Sadar usia saya tidak lagi muda, tidak ada alasan tuk menunda-nunda punya momongan. Hari demi hari kami berusaha dan berdoa tuk mendapatkannya. Namun, bulan pertama saya kedatangan tamu mens lebih awal dari biasanya. Cukup kecewa sih, tapi mengingat ini baru permulaan, kami akan berusaha lagi bulan berikutnya. Bulan berganti bulan, bukannya telat haid, malahan haidnya selalu datang lebih awal. Sepertinya belum ada harapan. Mungkin Allah belum menghendaki. Kami tetap berusaha dan berdoa sambil tanya- tanya ke kerabat n teman-teman yang sudah berpengalaman. Saya paling rajin searching di internet tentang hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan.

Setahun usia pernikahan kami, belum ada juga tanda- tanda. Hingga suatu hari datanglah seorang tukang urut ke rumah kami. Tujuannya sih tuk ngurut kaki nenek yang sedang bengkak. Berhubung sudah lama saya cari tukang urut, mama menyarankan supaya perut saya sekalian diurut. Siapa tau posisi rahimnya gak benar. Jadilah saya diurut 3 hari berturut-turut setiap pagi sebelum berangkat ngajar. Kata tukang urutnya, kalau bangun tidur jangan langsung bangkit dari pembaringan, tapi miringkan badan dulu ke kiri/ kanan. Dan saat itu juga, saya mulai menerapkannya.

Minggu lalu, saya sudah mulai merasakan gejala-gejala seperti akan haid. Pusing, kram di perut bagian bawah, mual-mual, dan mudah lelah. Perasaan yang sering saya alami ketika akan haid sejak telah menikah. (Sebelum menikah saya selalu fine-fine saja selama masa haid). Saya pun berpikir, ah....palingan jadwal haid maju lagi.

Tapi beberapa hari kemudian, ada satu hal yang beda. Kali ini sakit perutnya nembus hingga ke punggung turun ke kaki hingga terasa begitu berat tuk melangkah. Bahkan sempat minta dibelikan es pallu butung, tiba di rumah selera tuk makan es nya hilang. Suamiku nyelutuk bercanda....asyik....istriku ngidam. Ihksss...ge-er benar ini suamiku.

Sesuai jadwal kalender ovulasi yang telah saya download di play store, harusnya saya sudah dapat mens tanggal 20 Oktober 2015. Tapi, ditunggu-tunggu hingga sekarang belum datang juga.  Sempat berpikir jangan-jangan jadwal haidku kembali seperti sewaktu sebelum menikah, selalu telat seminggu. Aghhh...semoga tidak.

Hingga akhirnya baru kemarin memberanikan diri minta dibelikan test pack. Suamiku sempat nolak karena takut kecewa. Tapi, saya memberikan alasan, semakin cepat tahu kenyataannya kan lebih baik. Klo ternyata hamil, kan bisa lebih berhati- hati dalam bergerak & menjaga asupan nutrisi tuk calon bayinya. Klo ternyata belum hamil, kita kan bisa ke dokter tuk check masalah sakit perutnya. Malam harinya, begitu kerjaan suamiku kelar, langsung menuju apotik tuk beli test pack sekalian beli minyak urut. Begitu lihat test packnya, jantung semakin berdegub kencang. Pertama kalinya liat langsung n megang yang namanya test pack, sekaligus takut jangan-jangan hasilnya negatif.

Tengah malam biasanya saya bolak-balik kamar mandi tuk buang air kecil. Dan rasanya semakin susah tidur mikirin besok pagi mau test pack. Pagi-pagi sekitar jam 5, saya memulai ritual test pack.  Duh...semakin sesak nafas rasanya. Perlahan-lahan muncul 2 garis merah pada alatnya.
Alhamdulillahi Robbil Alamin....satu pertanda baik. I'm a mother to be. Tidak sabar rasanya pengen check lagi ke dokter kandungan.