Monday, February 27, 2017

BAYI KENA SERAMPA




Beberapa minggu yang lalu anak saya, Jagdish, yang berumur 7 bulan kena serampa. Awalnya Jagdish bangun di pagi hari, suhu tubuhnya sangat panas terutama di bagian kepala. Sebagai ibu yang masih baru dan awam masalah sakit pada bayi, saya pikir demamnya akan reda sendiri nantinya. Jadi pagi itu saya tetap melanjutkan aktifitas mengajar di sekolah dan lanjut ke kantor Kemenag mengurus LPJ Bos. Sebelum berangkat, saya disuruh mama(neneknya Jagdish) tuk beli Bye-bye Fever, jadi sebelum pulang ke rumah saya singgah di apotek dulu. Sempat juga sih  tanya-tanya obat penurun panas, mereka menyarankan obat penurun panas yang katanya bagus cepat menurunkan panas tapi harganya mahal (menurutku). Hufthhh...maklum lagi bokek-bokeknya. Setelah dipikir-pikir gak usah dulu deh. Biasanya kalau Jagdish panas bentar juga sembuh. Sore hari saya pulang ke rumah mama langsung marah-marah karena anak saya demam tinggi dan saya tidak membelikannya obat penurun panas. Waduh…ternyata demamnya Jagdish makin tinggi. Saya mulai agak khawatir, akhirnya saya minta daddynya kembali ke apotek tadi untuk beli obat yang tadi yang sempat mereka sarankan (Panadol & Supramax) Gak apa-apa harganya mahal yang penting anakku cepat sembuh.

Setelah Jagdish minum obatnya 2 kali, panasnya sempat turun, tapi keesokan hari panasnya makin tinggi. Saya makin khawatir, takut kalau-kalau ternyata kena demam berdarah. Jangan sampai terlambat diobati, jadi saya bawa ke puskesmas kecamatan. Sampai di puskesmas mesti antri lama sekali sampai giliran kami, dari jam 9 sampe jam 11.30.  saya perlihatkan obat yang kemarin saya beli ke dokternya. Dokternya bilang obatnya lanjut diminum saja, dosisnya ditambah dari 0,6 ml jadi 0,8 ml trus diminum setiap 4 jam kalau perlu. Trus dikasih obat pereda muntah karena tadi pagi setelah minum obat Jagdish sempat muntah banyak.



Dua hari minum obat Panadol & supramax, tapi belum ada perubahan. Panasnya masih tinggi. Jadi mama ke apotek lagi membeli obat penurun panas Sanmol seperti yang pernah diresepkan dokter sewaktu Jagdish sakit batuk & demam sebelumnya. Setelah minum beberapa kali panasnya belum turun-turun juga. Nafsu makannya pun berkurang.

Hari ke empat Jagdish panas, saya memutuskan tuk membawanya kembali ke puskesmas. Dokternya bilang kalo panasnya belum turun dalam 2 hari, sebaiknya dibawa kembali tuk tes darah di lab. Ditambah lagi bagian muka dan badannya (perut & punggung) mulai muncul bintik-bintik merah. Saya makin panik. Haduh…ya Allah mudah-mudahan bukan DBD. Suami sempat telepon mertua dan ipar saya, kata mereka Jagdish kena ‘puru’ atau serampa. Mereka bilang sebaiknya tidak perlu dibawa ke puskesmas. Tapi saya tetap pada pendirian saya, harus diperiksa dokter dulu baru saya bisa lebih yakin. Hal ini membuat saya dan suami sempat bertengkar dalam perjalanan. Saya maunya ke puskesmas dulu, suami bilang sekali-kali dengar kata suami, gak usah dibawa ke puskesmas.



Pas dokternya bilang gejalanya bukan DBD tapi hanya serampa, bintik-bintiknya tidak sama dengan DBD, saya mulai sedikit lega. Dokter hanya meresepkan obat diare untuk Jagdish soalnya sudah dua hari pupnya lancar sekali bahkan sampe 6 kali sehari.

Akhirnya kami hanya memberi Jagdish minum air kasumba turate yang dibeli di pasar tradisional.  Keesokan harinya bintik-bintik di wajahnya makin banyak penuh dan merah. Orang tua bilang, itu lebih baik karena sakitnya keluar gak ke dalam. Ada juga sih yang menyarankan tuk minum air kelapa. Tapi kami tidak sempat membeli kelapa mudanya. Jadi minum susunya diselingi minum air kasumba turate. Kalau sakit serampa ternyata banyak juga pantangannya, kata orang tua, tidak boleh kena angin, kena air, tidak boleh menggoreng dalam rumah, dan yang paling bikin suami baper… mom & dadnya gak boleh berhubungan dulu alias ML.  Saya sih gak baper-baper amat karena kebetulan lagi datang bulan. Hehehhh….

Setelah binik-bintik merahnya sudah tinggal sedikit, saya dan suami memutuskan untuk membawa Jagdish ke orang pintar yang katanya bisa menyembuhkan sakit ‘puru’. Istilah Makassarnya di tui’.  Tiga hari kemudian kami membawanya kembali ke sana supaya badannya Jagdish dibersihkan dengan daun pare, kunyit basah dan kelapa yang dicampur jadi satu.

Alhamdulillah sekarang Jagdish sudah kembali sehat…nafsu makannya kembali. Once again Alhamdulillahi Robbil alamin….

Saya baru kali ini menghadapi yang namanya sakit serampa. Kami orang-orang di rumah dulu pernah kena yang namanya cacar. Tapi ternyata serampa dan cacar beda. Kalau cacar siapa saja di seluruh dunia bisa kena. Tapi kalau serampa, konon katanya hanya orang-orang yang berdarah Sulawesi Selatan yang bisa kena serampa atau orang yang tinggalnya di wilayah Sulawesi Selatan. Sebenarnya pantangannya sama saja, tapi tidak boleh diremehkan. Katanya lagi penyakit serampa dulunya adalah penyakit yang diderita oleh salah satu pangeran di salah satu kerajaan di Sulawesi selatan. Sehingga ia diasingkan di tempat khusus. Oleh karena itu, orang yang kena serampa jangan sampai dibilang jelek atau bau karena tidak mandi. Tapi sebaiknya dibilang cantik atau ganteng.

1 comment:

  1. Tips Memenangkan permainan Sabung Ayam Online Dengan Modal Sedikit Klik Di Sini

    Agen Sabung Ayam Online Terbaik Dan Juga Terpercaya https://sabungayamlive.net/

    Informasi Terlengkap Mengenai Sabung Ayam

    http://bvsateayam.blogspot.com/2018/09/awal-awalannya-terkait-permaainan.html/

    ReplyDelete