Bu Soraya, Wali Kelas kami memasuki ruangan
kelas yang tadinya kedengaran sangat gaduh. Di sampingnnya berdiri seorang
gadis cantik berseragam putih abu-abu. Serentak pandangan kami semua tertuju
pada gadis asing itu.
“Selamat
pagi anak-anak! Hari ini kita kedatangan siswi pindahan dan dia akan duduk di
kelas ini.” Ucap Bu Soraya sembari membetulkan posisi kacamata minusnya.
“Silahkan perkenalkan namamu.” Katanya lagi kepada siswi baru itu.
“Nama
saya Renata. Asal sekolah SMU Negeri 1 Makassar.” Jelasnya singkat dan agak
malu.
“Loh
sekolah itu kan ga’ jauh-jauh amat dari sini. Ngapain mesti pindah?” Ujar Clara
tampak keheranan sendiri.
“Renata,
sekarang kamu boleh duduk di sana, di sebelah Mayu.” Perintah Bu Soraya, Renata
menurutinya dan bergegas duduk di sebelahku.
“Hai,
kenalkan namaku Mayu.”
“Senang
berkenalan denganmu, Mayu.” Jawabnya tersenyum.
***
“Teman-teman,
hari ini Renata akan mentraktir kita semua.” Teriak Clara bersemangat.
“Ke
kantin yuk.” Renata mengajakku.
Sudah
seminggu Renata berada di sekolah ini. Ia sudah mulai akrab denganku dan juga
Clara. Renata adalah anak orang kaya. Sepatu, tas, dan assesoris yang di
kenakannya bermerek ternama yang harganya sangat mahal.
Pandangan
sinis Sonia, Feby, dan Lusi mengiringi langkah kami semua menuju kantin
sekolah. Sejak awal si Trio Cekewek itu memang tak menyukai kehadiran Renata.
Sepertinya mereka tak mau tersaingi sehingga ogah ikut-ikutan untuk ditraktir.
“Bener
nih, Ren. Lo traktir kita semua?” Tanya Aldo agak ragu.
“Ya
iyalah. Pesan apa aja yang kalian suka, ntar aku bayarin semua.”
“Makasih
ya Ren atas traktirannya.” Ucapku setelah menghabiskan semangkuk mie pangsit,
makanan favoritku di kantin dan sebotol the dingin.
Renata
kemudian berdiri. “Bentar ya teman-teman. Aku ambil dompet dompetku dulu, tadi ketinggalan di tas.”
Tak
lama kemudian, Renata datang. Ia tampak kebingungan sekembalinya dari kelas
untuk mengambil dompetnya.
“Ada
apa, Ren?” tanyaku
“Dompetku
hilang! Aku ingat, tadi masih ada di dalam task ok.” Ucapnya sedih.
“Kamu
udah cari dengan teliti di dalam tas kamu atau mungkin di saku rokmu.” Kata
Clara.
“Aku
udah cari, tapi emang gak ada.”
“
Kalo begitu, kita lapor aja sama Bu Soraya.” Clara menyarankan.
***
“Jadi,
tidak ada yang mau mengaku, siapa yang telah mengambil dompet Renata.” Kata Bu
Soraya tegas di depan kelas.
“Bukan
saya bu.” Jawab kami semua nyaris bersamaan.
“Oke,
kalau begitu, terpaksa ibu harus menggeledah tas kalian satu persatu.
Bu
soraya mulai melakukan pemeriksaan dari bangku paling depan. Walaupun semua
mengaku tidak mengambil dompet itu, tapi aku bisa melihat wajah-wajah mereka
yang tampak was-was, kecuali trio cekewek itu yang tampak santai-santai saja.
“makanya,
gak usah sok kaya deh disini.” Terdengar lirih suara Sonia menyindir Renata.
“Itu
Bu, dompet saya!” Renata setengah berteriak melihat dompetnyaa ditemukan.
Semua
siswa di kelasku terperangah, antara percaya dan tidak. “Hah! Yang bernar
saja.” Pikirku. Bukankah Feby adalah anak orang kaya. Tapi, mungkin saja memang
dia pelakunya, bukankah dia iri pada Renata.
Wajah
Feby seketika pucat. “Sumpah Bu, bukan saya yang mengambilnya. Mana mungkin
saya mencuri. Saya kan bisa meminta sama orang tua saya kalau saya mau.”
Ucapnya mengelak mati-matian. Namun, Bu Soraya tak mempedulikannya.
“Sekarang
kamu ikut ibu ke ruangan kepala sekolah.”
***
Aku
dan Clara memandangi Feby yang baru saja turun dari mobil mewah Toyota
Alphardnya. Setelah diskors selama seminggu, ia kembali bertingkah seperti
sedia kala, angkuh dan sok anggun. Seolah-olah ia tak pernah mendapatkan
hukuman berat.
Sambil
mengibas rambut panjangnya yang lurus, ia menyapa aku dan Clara dengan
juteknya. “Selamat pagi cewek-cewek kamseupay!” kemudian ia berlalu begitu
saja.
“Dasar
bebek betina!” Celoteh Clara.
“Hushh!
Gak usah dibalas.” Kataku memperingatkan.
“Biarin,
habis aku benci banget sama si Trio Cekewek itu.” Jawabnya kesal.
***
Setelah
jam istirahat, suasana kelas yang tampak hening tiba-tiba dihebohkan oleh teriakan
Lusi.
“Ada
Ular!”
“Mana
ularnya?” Tanya Lia. “Jangan bercanda dong,Lus.”
“Itu
di dalam tas gue, suer, gue gak bo’ong. Kalo kalian gak percaya liat aja
sendiri.” Jawab Lusi panik dan ketakutan.
“Makanya,
jangan pelihara ular, dong!” ejek Aldo.
“Ihhh,
ularnya lepas!” teriak Lia menunjuk ular berwarna hitam yang meliuk-liuk
menghampiri Lusi.
Seketika
tubuh Lusi langsung rubuh ke lantai dan pingsan.
***
“Hey,
kalian tau gak sih, Sonia pingsan di toilet.” Ungkap Clara yang tiba-tiba
menyergap aku dan Renata yang sedang asyik menyantap bakso di kantin.
“Dasar
tukang gossip.” Tanggapku tak percaya pada omongan Clara.
“Sumpah
serius. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Tadi sewaktu aku selesai
buang virus, Feby dan Lusi tiba-tiba saja datang mencari Sonia. Egh, gak taunya
mereka mendapati Sonia yang sedang terbaring di sebelah kloset toilet. Ewww,
menjijikkan.” Jelas Clara dengan ekspresi pengen muntah.
“Ada
apa ya dengan ketiga sahabat itu? Mungkin gak sih, ini semua karma atas
perbuatan mereka terhadap Ayu.” Kataku.
“Siapa
Ayu?” Tanya Renata setelah mendengar perkataanku barusan.
“Ayu
adalah teman kelas kami dulu. Ia terlalu lugu sehingga selalu saja menjadi
bahan permainan dan tertawaan si Trio Cekewek. Mungkin karena udah gak tahan
lagi, akhirnya ia memutuskan untuk pindah dari sekolah ini.”
“Huh,
mereka bertiga memang sombong seolah mereka adalah makhluk yang paling
sempurna.”
“Kasihan
Ayu. Entah di mana ia sekarang?” ucapku menerawang keluar jendela.
***
“Brengsek,
kita telah dipermainkan.” Sonia meremas selembar kertas yang telah dibacanya.
Lalu, dilemparkannya begitu saja ke bawah mejanya. Ia dan kedua orang temannya
kemudian keluar dari kelas dengan wajah yang teramat kesal.
Aku
dan Clara dengan cepat meraih kertas tadi. Aneh! Di atas meja mereka
masing0masing terdapat bunga mawar berwarna hitam. Perlahan kubuka gulungan
kertas tadi yang sudah acakadul. Ternyata sebuah surat.
Dear My Best Friends,
Aku
bisa memastikan bahwa kalian sangat menikmati permainan-permainan kecil yang
telah kupersembahkan.Bagaimana menurut kalian ,seru bukan? Ah,mana mungkin aku
lupa pada permainan-permainan yang telah kalian ajarkan kepadaku.
Benar,Dompet itu bukan feby
yang mencurinya, tapi aku sendiri yang menaruhnya ke dalam tas Feby. Aku senang
melihat kawanku Feby menikmati liburannya selama seminggu. Begitupun dengan
lusy,tentu dia sangat kegirangan saat menemukan ular didalam tasnya. Dan
Sonia,bagaimana denganmu? Seluruh stressmu tentu sudah lenyap setelah terbius
tertidur lelap ditoilet dengan aromanya yang khas. Oh,kalian memang
teman-temanku yang manis dan lucu!
Permainan
kalian malah lebih menarik.Tuduhan pencurian handphone padaku,yang nyatanya
bukan aku yang melakukannya .tapi,tiba-tiba saja benda itu bisa berada di dalam
tasku.Feby,tanganmu memang lincah sayang kamu cocoknya jadi tukang sulap saja. Cacing-cacing
yang dibawa lusy membuatku terkagum-kagum .walaupun jijik,lusy tetap
memberanikan diri untuk memasukkan ulat itu kedalam tasku. Wah, kamu bisa
dinobatkan menjadi penantang tergigih loh !
Sonia juga punya kejutan
yang istimewa dihari ulang tahunku,di saat itu kamu tahu kan bahwa aku sedang
flu dan kamu berhasil menyambuhkannya dengan seember air yang tertumpah dari
atas pintu toilet. Tepat membashi sekujur tubuhku.lebih lengkapnya lagi, aku
terkunci selama satu jam di toilet. sungguh aku terharu di buatnya.
Kita
memang selalu bersama dalam suka dan duka. Aku yang menderita, kalian yang
bersuka cita. Mawar hitam itu kupersembahkan sebagai rasa ‘terima kasihku’ pada
kalian.
Jadi,
selama sebulan ini kalian tidak menyadari keberadaanku di kelas ini? Memang
sulit untuk di tebak bahwa Renata adalah Ayu. Bukankah dulu kalian selalu
memuji bahwa aku ‘cantik’? Bagaimana dengan aku yang sekarang?
Ayu
Aku
dan Clara teretgun sesaat. Kami tidak pernah menyangka bahwa Renata adalah Ayu.
Secara fisik, Ayu dan Renata bagaikan langit dan bumi. Apakah Ayu telah
melakukan bedah plastik?
***
Pukul
8 malam, aku sedang asyik menyetel radio di kamar. Tiba-tiba teleponku berdering.
Ternyata telepon dari Ayu. Telepon yang memang sedang kutunggu-tunggu karena
sudah seminggu ini Renata tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan apapun.
“Apa?”
ujarku terkejut setelah mendengarkan penjelasan dari Ayu. “jadi kamu membohongi
mereka bertiga, maksudku si Trio Cekewek itu?”
“Ya,
Renata adalah saudara sepupuku. Yang sebenarnya Renata itu sudah kuliah
semester 3 sekarang. Tapi, saat dia mengetahui tentang kisahku di sekolah, ia
langsung setuju dengan rencanaku itu. Ia bahkan rela bolos kuliah selama
sebulan ini. “ jelasnya panjang lebar.
“
kamu telah berhasi mengecoh kami semua. Tapi aku senang, sebab kamu telah
member mereka balasan yang setimpal.”
“Thanks
ya, May. Selama ini kamu udah jadi temanku yang baik. Eh, gimana kalo besok
kita jalan ke mall?”
“Ehmm…”
“Tenang
aja, aku yang traktir kok. Oh iya, kamu juga harus mengajak Clara.
“OK.
Tentu.”