By Riyuni Mark
Bella. Kenapa selalu saja Bella yang mendapatkan perhatian itu? Setiap kali bersamanya, leherku serasa tercekik dan dadaku terasa sesak. Coba saja bayangkan, ia selalu jadi bahan perhatian para cowok, mulai dari cowok yang dekil abist sampai cowok yang super keren. Bella memang cantik, matanya lentik dan bersinar bak berlian, hidungnya mancung, bibir semerah delima, plus body seksi dan rambut hitam lurus menjuntai. Semantara aku hanyalah seorang gadis biasa yang tak punya kelebihan secara fisik.
Bagaimanapun, Bella adalah sahabatku dari kecil. Jadi, suka tak suka, aku harus bisa bersabar meskipun semua cowok lebih memilih melirik Bella.
Hari ini aku dan Bella naik bus sekolah. Di atas bus, kami sudah tak kebagian tempat duduk. Kami berdua terpaksa berdiri. Tiba-tiba seorangcowok keren berkulit putih berdiri dan mempersilahkan Bella untuk duduk.
“silahkan duduk,miss.” Seru cowok itu tersenyum memperlihatkan gigi ginsulnya. “nggak pa-pa kok,thanks ya.”
Aku menelan ludah. Loh bagaimana denganku?
“kalau aku duduk,temanku juga harus duduk.” Jawab bella.
“Ben! Berdiri dong.temannya juga mau duduk tuh.”cowok ginsul itu mendorong-dorong temannya yang duduk di sebelahnya. “iya deh. Demi cewek cantik itu.” Jawabnya tersenyum manis melirik Bella.
***
Huuh….busyet! pembagian kelompok untuk pelajaran kimia lagi. Teman-teman cowok sudah pada berebutan agar sekolompok dengan Bella. Padahal, jelas-jelas bahwa dalam pelajaran kimia akulah ahlinya.
Pelajaran olah raga, Bella rupanya lupa membawa baju seragam olah raganya. Biasanya kami akan dihukum berdiri di lapangan sampai pelajaran usai apabila tidak mengenakan seragam olah raga. Begitu nama Bella di panggil untuk kena hukuman, ia langsung muncul dan berkata, “apa aku harus berjemur di lapangan, pak?” sungguh mujarab! Pak Fajar, guru mata pelajaran olah raga yang bujang lapuk langsung membatalkan hukumannya pada Bella. Malah Bella disuruh untuk jadi assistennya. Beberapa orang temanku yang notabene tak menyukai Bella, langsung mengajukan komplain. Mereka yang protes justru dihukum dengan pengurangan nilai. Sungguh tragis, kecantikanlah yang berbicara.
***
Bel panjang melengking ke seluruh penjuru sekolah, sudah waktunya pulang. Seperti biasa, aku pulang bersama Bella karena rumah kami memang jaraknya lumayan dekat. Setelah turun dari bus, kami menapaki loromg-lorong sempit. Sekumpulan cowok berandalan yang biasanya main kartu di sudut jalan bersiul-siul menggoda Bella. “suit…suit,cewek tas pink, balik dong!” ucapan mereka jeles-jelas tidak ditujukan padaku karena yang memakai tas selempang pink adalah Bella.
“cewek cantik knalan dong!” teriak mereka seperti anjing-anjing yang menggongong. Tapi Bella tetap berjalan cuek.
“wuih…so seksi! Pinggulnya bagaikan bebek yang menggat-menggot kalau lagi jalan.” Seru cowok kucel berambut gondrong. “mau dong…” yang lain langsung bereaksi.
Bella berputar berjalan kembli ke arah mereka. Cowok-cowok itu mengmatinya dengan tatapan terpesona. Namun Bella langsung meludah dengan ekspresi jijik. Sepertinya ia mulai geram dengan ejekan para berandalan itu. Kami lalu berjalan sperti tak pernah terjadi apa-apa.
***
Sudah dua hari ini aku tak ke sekolah karena terserang demam. sampai hari ini, Bella belum juga datang menjengukku. Bahkan kabarnya pun tak kuketahui. Terdengar suara mamaku memanggil-manggil dari ruang depan.
“ada apa sih ma?”
“kamu harus tahu, tadi mamanya Bella nelpon, ia bilang….”
“bilang apa, ma? Mamaku ada-ada saja. Pagi-pagi begini sudah membuatku penarasan.
“Bella udah nggak ada.”
“maksud mama, Bella kabur sama pacarnya, Andi.”
“bukan itu.” Mama berhenti sejenak. “ Bella sudah meninggal tadi subuh.”
Aku benar-benar terkejut mendengar berita itu. Darahku serasa beku. Kali ini leherku benar-benar tercekik dan dadaku begitu sesak. Bella meninggal karena bunuh diri. Ia menenggak anti nyamuk setelah diperkosa oleh lelaki yang tak dikenalnya. Beberapa saat kemudian, aku meraih ponselku di meja. Ada 9 panggilan tak terjawab dan sebuah pesan baru yang memang sejak tadi malam tak sempat kubaca. Aku makin terkejut, sms dari Bella.
KAWAN KAMU HARUS TAHU
BAGIKU KECANTIKAN ADALAH PENDERITAAN
Aku tak sanggup menahan isak tangis. Rupanya Bella masih sempat menghubungiku sebelum akhirnya ia memutuskan bunuh diri.
Bella. Kenapa selalu saja Bella yang mendapatkan perhatian itu? Setiap kali bersamanya, leherku serasa tercekik dan dadaku terasa sesak. Coba saja bayangkan, ia selalu jadi bahan perhatian para cowok, mulai dari cowok yang dekil abist sampai cowok yang super keren. Bella memang cantik, matanya lentik dan bersinar bak berlian, hidungnya mancung, bibir semerah delima, plus body seksi dan rambut hitam lurus menjuntai. Semantara aku hanyalah seorang gadis biasa yang tak punya kelebihan secara fisik.
Bagaimanapun, Bella adalah sahabatku dari kecil. Jadi, suka tak suka, aku harus bisa bersabar meskipun semua cowok lebih memilih melirik Bella.
Hari ini aku dan Bella naik bus sekolah. Di atas bus, kami sudah tak kebagian tempat duduk. Kami berdua terpaksa berdiri. Tiba-tiba seorangcowok keren berkulit putih berdiri dan mempersilahkan Bella untuk duduk.
“silahkan duduk,miss.” Seru cowok itu tersenyum memperlihatkan gigi ginsulnya. “nggak pa-pa kok,thanks ya.”
Aku menelan ludah. Loh bagaimana denganku?
“kalau aku duduk,temanku juga harus duduk.” Jawab bella.
“Ben! Berdiri dong.temannya juga mau duduk tuh.”cowok ginsul itu mendorong-dorong temannya yang duduk di sebelahnya. “iya deh. Demi cewek cantik itu.” Jawabnya tersenyum manis melirik Bella.
***
Huuh….busyet! pembagian kelompok untuk pelajaran kimia lagi. Teman-teman cowok sudah pada berebutan agar sekolompok dengan Bella. Padahal, jelas-jelas bahwa dalam pelajaran kimia akulah ahlinya.
Pelajaran olah raga, Bella rupanya lupa membawa baju seragam olah raganya. Biasanya kami akan dihukum berdiri di lapangan sampai pelajaran usai apabila tidak mengenakan seragam olah raga. Begitu nama Bella di panggil untuk kena hukuman, ia langsung muncul dan berkata, “apa aku harus berjemur di lapangan, pak?” sungguh mujarab! Pak Fajar, guru mata pelajaran olah raga yang bujang lapuk langsung membatalkan hukumannya pada Bella. Malah Bella disuruh untuk jadi assistennya. Beberapa orang temanku yang notabene tak menyukai Bella, langsung mengajukan komplain. Mereka yang protes justru dihukum dengan pengurangan nilai. Sungguh tragis, kecantikanlah yang berbicara.
***
Bel panjang melengking ke seluruh penjuru sekolah, sudah waktunya pulang. Seperti biasa, aku pulang bersama Bella karena rumah kami memang jaraknya lumayan dekat. Setelah turun dari bus, kami menapaki loromg-lorong sempit. Sekumpulan cowok berandalan yang biasanya main kartu di sudut jalan bersiul-siul menggoda Bella. “suit…suit,cewek tas pink, balik dong!” ucapan mereka jeles-jelas tidak ditujukan padaku karena yang memakai tas selempang pink adalah Bella.
“cewek cantik knalan dong!” teriak mereka seperti anjing-anjing yang menggongong. Tapi Bella tetap berjalan cuek.
“wuih…so seksi! Pinggulnya bagaikan bebek yang menggat-menggot kalau lagi jalan.” Seru cowok kucel berambut gondrong. “mau dong…” yang lain langsung bereaksi.
Bella berputar berjalan kembli ke arah mereka. Cowok-cowok itu mengmatinya dengan tatapan terpesona. Namun Bella langsung meludah dengan ekspresi jijik. Sepertinya ia mulai geram dengan ejekan para berandalan itu. Kami lalu berjalan sperti tak pernah terjadi apa-apa.
***
Sudah dua hari ini aku tak ke sekolah karena terserang demam. sampai hari ini, Bella belum juga datang menjengukku. Bahkan kabarnya pun tak kuketahui. Terdengar suara mamaku memanggil-manggil dari ruang depan.
“ada apa sih ma?”
“kamu harus tahu, tadi mamanya Bella nelpon, ia bilang….”
“bilang apa, ma? Mamaku ada-ada saja. Pagi-pagi begini sudah membuatku penarasan.
“Bella udah nggak ada.”
“maksud mama, Bella kabur sama pacarnya, Andi.”
“bukan itu.” Mama berhenti sejenak. “ Bella sudah meninggal tadi subuh.”
Aku benar-benar terkejut mendengar berita itu. Darahku serasa beku. Kali ini leherku benar-benar tercekik dan dadaku begitu sesak. Bella meninggal karena bunuh diri. Ia menenggak anti nyamuk setelah diperkosa oleh lelaki yang tak dikenalnya. Beberapa saat kemudian, aku meraih ponselku di meja. Ada 9 panggilan tak terjawab dan sebuah pesan baru yang memang sejak tadi malam tak sempat kubaca. Aku makin terkejut, sms dari Bella.
KAWAN KAMU HARUS TAHU
BAGIKU KECANTIKAN ADALAH PENDERITAAN
Aku tak sanggup menahan isak tangis. Rupanya Bella masih sempat menghubungiku sebelum akhirnya ia memutuskan bunuh diri.