Friday, July 15, 2011

Love Story of Elizabeth and Cleopatra



# Part 1
“Mau ikut nggak? Aku dah mau berangkat nih.” Ajak Cleo pada Lizbeth yang sejak tadi memperhatikan saudaranya itu ganti pakaian.
“Uh, tidak, terima kasih. Saya lebih baik di rumah saja.” Jawab Lizbeth tidak bersemangat.
“Oke. Kalau begitu aku pegi sendiri aja deh. Eh, kalau papa udah pulang bilang aja aku ke rumah teman.” Kata Cleo yang kemuadian berlalu dari hadapan Lizbeth.
       Malam ini Cleo akan keluar bersama teman-temannya untuk merayakan kemenangannya pada pertandingan basket kemarin. Cleo adalah seorang gadis manis yang enerjik dan tomboy. Kebanyakan temannya adalah cowok-cowok atlet basket dan break dancer. Sementara Lizbeth berparas cantik nan ayu. Dia adalah tipe gadis ‘rumahan’ yang lebih suka menghabiskan waktu luangnnya di rumah dengan membaca buku dan mendengar music-musik klasik. Mereka berdua adalah sepasang gadis kembar yang sejak lahir ditinggal oleh ibunya sesaat setelah melahirkan mereka. Jauh sebelum mereka berdua lahir  ibunya telah menyiapkan nama yang cantik untuk mereka berdua yaitu dua nama ratu yang fenomenal, Elizabeth dan Cleopatra.
            Pada dasarnya bentuk fisik Lizbeth dan Cleo sama, tinggi dan lekuk wajah mereka sama-sama oval dengan mata coklat, hidung mancung dan bibir mungil. Hanya saja cara berpenampilan mereka yang sangat berbeda. Cleo memotong pendek rambutnya bak cowok maskulin, sedangkan Lizbeth membiarkan rambut hitamnya tumbuh panjang terurai.

# Part 2
            Pagi yang cerah, Lizbeth dan Cleo berangkat ke kampus bersama diantar oleh sopir pribadi mereka.
“Hoamm…masih ngantuk nih. Kalau saja tadi ku tidak dimarahin papa, aku gak bakalan ke kampus hari ini.” Ucap Cleo dengan wajah pasrah.
“Kamu juga yang salah, pulang sampai larut malam. Mana ada seorang cewek keluyuran malam-malam dan dikelilingi cowok-cowok pula. Nggak baik loh.” Lizbeth berusaha menasehati Cleo yang tampak acuh tak acuh mendengarnya.
“Wah…dengar neng, aku bukan cewek. Cowok tau!” seru Cleo.
“Suatu saat nanti kamu pasti menyesal karena nggak mau menerima kodrat sebagai wanita.” Lanjut lizbeth.
“Agh…nggak lagi! Eh, itu teman-temanku! Aku pergi ya.” Cleo kemudian pergi mengikuti teman-teman cowoknya.
            Cleo memang sudah sering berbuat demikian. Dia sangat malas mengikuti pelajaran di kelas dan sering bolos. Lagaknya persis anak lelaki yang selalu berantakan. Padahal, seandainya saja dia menjadi cewek benaran dia akan secantik Lizbeth.  Rambutnya sudah tampak kasar kemerahan karena sering terkena terik matahari, kulitnya pun sudah kecoklatan. Sedangkan rambut Lizbeth lurus, hitam dan berkilau; kulitnya pun putih bersih karena terawat dengan baik.
            Sewaktu masih kecil, Cleo akan berteriak sekeras-kerasnya bila ada yang menyebutnya anak perempuan. Dia pun senang berkelahi dengan anak laki-laki.  Dia selalu menjadi pelindung bagi Lizbeth yang sering digoda oleh anak laki-laki usil.

# Part 3
            Siang itu, Lizbeth ke perpustakaan untuk mengerjakan beberapa tugas kuliahnya. Ia menyendiri dan tampak tenang membaca beberapa referensi. Tanpa disadarinya seorang teman mendekatinya.
“Hai,Liz sendirian aja, boleh nggak aku duduk di sini.” Sapa temannya itu dengan pelan dan menunjuk bangku di dekat Lizbeth.
“Riyo! Oh, tentu saja.” Jawabnya dengan pelan pula sambil melirik seseorang di sebelah Riyo.
“Ehm, kenalin nih, mahasiswa baru juga tapi jurusan Arsitek. Aku juga baru kenalan kok tadi.” Ujar Riyo si supel.
“Davi Fadey, panggilanku Davi.” cowok itu mengulurkan tangannya pada Lizbeth. “Lizbeth- Elizabeth Sabah.”
“sorry banget nih, saya harus cabut. Cewek ku sudah datang tuh.” Ucap Riyo melirik Aina dari kejauhan.
“Oke bro. Selamat bersenang-senang ya!” Seru Davi.
            Riyo meninggalkan mereka berdua di perpustakaan. Lizbeth yang seorang gadis pemalu tidak tahu memulai pembicaraan, kemudian melanjutkan membaca buku.
“Ehm,…saya mengganggu ya berada di sini.” Davi berdehem. Lizbeth hanya menggeleng.
“Kalau boleh tau, kamu masuk fakultas apa di universitas ini?” Davi memulai pembicaraan.
Lizbet masih asyik dengan tugas-tugasnya. Davi kemudian diam dan tersenyum menunggu jawaban.
“Kedokteran.” Jawabnya singkat.
“Hebat! Calon penyelamat orang-orang sakit.”
Lama menunggu akhirnya Lizbeth berkomentar. “Oh ya, kebetulan sekali ya. Saya punya seorang adik yang juga jurusan arsitek. Mungkin kamu kenal.”
“Kalau boleh tahu namanya?”
“Namanya…”
Belum sempat Lizbeth menyelesaikan perkataannya, Davi tiba-tiba memotong,”Astaga, Sekarang saya sedang ada mata kuliah.”
Lizbeth kaget, namun kemudian tersenyum, “kok bisa lupa?”
“Maaf, saya harus ke kelas dulu.” Davi membalas senyum Lizbeth dengan hangat.
“Oh, silahkan. Gak apa-apa kok.”
Davi yang telah berjalan meninggalkan Lizbeth tiba-tiba berbalik dan berkata, “Oh ya, senang berkenalan denganmu. Boleh kan kita berteman?”
Lizbeth mengangguk dan menjawab, “Tentu saja.”

# Part 4
            Malam hari ketika Cleo baru saja pulang dari latihan basket, ia hampir saja tertabrak oleh sebuah mobil. Untung saja ia tidak kenapa-napa. Orang yang menabraknya ternyata seorang pemuda tampan yang kemudian segera menolong Cleo yang hanya terjatuh.
“Anda baik-baik saja?” Tanya pemuda itu.
“Ya, tapi apa kamu buta?” Balas Cleo ketus.
“Maaf, tapi sungguh saya tidak sengaja. Anda tiba-tiba saja ada di tengah jalan.” Jelasnya dengan sabar.
“Ya sudah, aku pulang saja. Syukur aku tidak apa-apa. Kalau saya kenapa-napa, mampus kamu!” ucapnya kesal. “Lain kali hati-hati!” lanjutnya kemudian meninggalkan pemuda itu.
“Eh, tunggu. Kalau begitu biar saya mengantar anda pulang.”
“Nggak usah, rumahku sudah dekat.” Cleo tetap berjalan tidak peduli tawaran pemuda itu.
“Nona, tidak baik gadis secantik anda pulang selarut ini.” Seru pemuda itu berteriak.
“Apa dia bilang? Aku cantik. Benar kah itu? Ah, tidak, itu bohong. Tapi, sungguh baru kali ini ada seorang pemuda mengatakan bahwa aku cantik. Apalagi pemuda itu lumayan juga.” Katanya dalam hati dengan jantung berdebar-debar. 

 To be continued....

No comments:

Post a Comment